Persalinan normal dan kelahiran bayi yang sehat adalah dambaan semua ibu. Namun terkadang, melahirkan bayi yang sehat tidak diikuti dengan persalinan yang lancar. Salah satu hal yang bisa terjadi saat melahirkan adalah ruptur uteri. Ini merupakan kejadian rahim robek saat melahirkan. Tak hanya berbahaya untuk sang ibu, ruptur uteri juga dapat berpengaruh pada kesehatan bayi.
Apa Itu Ruptur Uteri?
Ruptur Uteri atau rahim robek merupakan kondisi yang terjadi saat terdapat robekan pada dinding rahim. Kondisi ini dapat membuat semua lapisan dinding rahim robek dan dapat membahayakan keselamatan ibu dan kesehatan bayi. Selain itu, ruptur uteri juga bisa mengakibatkan pendarahan pada ibu dan menyebabkan bayi tertahan di dalam.
Walaupun begitu, risiko terjadinya ruptur uteri saat persalinan sangatlah kecil. Hanya 1 dari 3 ibu melahirkan saja yang memiliki risiko mengalami ruptur uteri. Komplikasi ini bisa terjadi ketika melahirkan normal atau melalui vagina. Namun risiko ini bisa meningkat pada ibu yang menjalani lahiran normal setelah sebelumnya pernah Caesar. Risiko terjadinya ruptur uteri akan semakin meningkat jika Anda pernah menjalani operasi Caesar dan setelah itu mencoba melahirkan dengan cara normal.
Oleh sebab itu, banyak dokter yang menyarankan untuk menghindari lahiran normal pada ibu-ibu yang pernah menjalani operasi Caesar. Akan tetapi, ini tidak berarti Anda tidak memiliki kesempatan untuk lahiran normal ya. Hanya saja, Anda harus memastikan kembali, apakah tubuh Anda memungkinkan untuk lahiran normal.
Gejala Ruptur Uteri Saat Melahirkan
Perlu Anda ketahui bahwa ruptur uteri merupakan komplikasi yang umumnya sudah muncul saat awal persalinan. Dimana robekan tersebut bisa semakin berkembang seiring berjalanan persalinan. Oleh karena itu, dokter mungkin akan menyadari adanya gejala ruptur uteri karena terdapat kelainan pada detak jantung bayi saat dalam kandungan.
Tak hanya itu saja, sang ibu juga akan mengalami gejala berupa pendarahan pada vagina, nyeri dada, dan sakit perut. Ibu bisa merasakan nyeri pada dada disebabkan adanya iritasi di bagian diafragma akibat dari pendarahan internal di tubuh.