Sumber daya genetik tanaman pertanian, khususnya lokal, perlu dilindungi karena dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung ketahanan pangan. “Sumber daya genetik tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, perlu kita lindungi untuk memperoleh hak perlindungan indikasi geografis,” demikian disampaikan oleh Koordinator Pelayanan Publik Abdul Azis.
Dikatakannya, pemanfaatan langsung sumber daya tanaman itu berupa budidaya langsung untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Sedangkan pemanfaatan tak langsung ialah memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam tanaman untuk merakit varietas unggul baru melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Abda sapaan akrabnya menambahkan, keanekaragaman serta status keberadaan sumber daya genetik tanaman di Indonesia, khususnya Aceh, sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya genetik pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Hasil inventarisasi keanekaragaman sumber daya genetik tanaman dapat memberikan informasi tingkat keberagaman dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spasial,” terang peneliti Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh tersebut.
Panitia Seminar Hasil BPTP Aceh, Sementara itu, Dr Iskandar Mirza MP, menyebutkan, kegiatan sumber daya genetik 2015 difokuskan pada karakterisasi sumber daya genetik tanaman lokal yang belum dilakukan karakterisasi dan melakukan inventarisasi, koleksi dan karakterisasi ternak lokal di Aceh.
“Keberadaan SDG belum menjadi perhatian dan dijadikan sebagai prioritas utama pemda. Padahal, SDG sangat perlu untuk dilindungi melalui pemanfaatan sehingga tidak tergeser oleh tanaman dan ternak yang didatangkan dari luar Aceh,” ungkapnya.
Dijelaskannya, pengelolaan sumberdaya genetik diharapkan mampu menginisiasi dan menyadarkan pengambil kebijakan di Aceh untuk bersama-sama melindungi, melestarikan dan mengembangkan sumber daya genetik lokal yang ada. “Karena, perubahan iklim yang menyebabkan pergeseran iklim secara makro dan mikro, menyebabkan terjadi perubahan terhadap kemampuan hidup dan daya juang dari masing-masing individu, baik tanaman maupun ternak di lingkungannya,” ungkapnya.
Menurutnya, SDG tanaman dan ternak lokal yang berada di lingkup agroekosistem Aceh telah beradaptasi dengan baik selama ratusan tahun sehingga daya adaptasi yang dimiliki oleh individu lokal ini juga yang diharapkan untuk tetap bertahan terhadap perubahan iklim yang terjadi.
Sumber berita: Analisadaily.com